Awan bergulung-gulung membuka hari Ahad. Hari yang oleh Allah sudah dipersiapkan untukmu, Boi. Betapa hari ini adalah hari yang sudah kau bilang padaku satu setengah bulan lalu. Hari yang kau janjikan padaku. Hari yang telah kau nanti-nanti di masa mudamu.
Hari yang ...
Lihatlah, awan menari-nari di atas kubah masjid kecil Kaceot, Rengasdengklok. Beburungan bersiul-siul di atas dahan pepohonan. Beradu dengan Malaikat dari segala penjuru langit yang turut mengaminkan do'a param hadirin. Setelah akad tertunaikan. Dan do'a terkumandangkan:
"Barakallahu laka,
Wa baraka 'alaika,
Wa jama'a bainakuma fii khaiir."
Seketika, larut sudah keteganganmu.
Hari ini, sebuah 'perjanjian berat' (4:21) telah tertanggung di punggungmu. Perjanjian yang oleh Allah disandingkan rata dengan perjanjian agung antara Dia dengan para Rasul (33:7). Juga perjanjian Allah dengan Bani Israil (4:154) sampai-sampai Dia mengangkat gunung Thursina ke atas kepala mereka.
Sebuah 'Miitsaaqan Ghaliizhaa'.
Awan kian beranjak turun. Menguapkan segala isi di permukaan bumi. Menguapkan juga isi kepalaku. Bahagia bercampur haru. Diantara nasyid, marawis dan lagu-lagu. Di bawah tenda merah-biru. Kini di depan mata, sepasang sahabatku duduk bergandeng tangan dan tersipu malu.
Ah, 'keluarga kecilku' dari gerakan kecil AB Karawang hari telah bermetamorfosis sempurna menjadi keluarga yang sebenarnya.
Sama seperti yang disampaikan Ust. Ismail. Semoga setelah hari ini, akan ada lebih banyak ketenangan menyapa hari-harimu. Bertimbun-timbun hingga menjadi 'sakinah'. Lebih banyak cinta yang kalian hadirkan di setiap perjumpaan. Berkelindan menjadi 'mawaddah'. Dan ketaatan pada-Nya menjadi prinsip yang senantiasa kalian pegang teguh. Hingga Allah menyayangi kalian. Itulah 'rahmah'.
------oOo-------
Izinkan aku sedikit mengenang kebersamaan kita, Boii. Pada rentang waktu perkenalan kita yang begitu singkat. Karena setelah hari ini, aku akan menemukan Mas Yuli yang berbeda.
Hahaa.^^
Aku mencintai pagi,
saat kau mengajakku mendatangi majelis sederhana di Alfirdaus.
Aku mencintai siang,
saat kita berbincang canda di dinding dan teras Aliyah.
Aku mencintai sore,
saat kita duduk mentafakuri rizqi di penambatan domba Al Ma'tsuroh .
Aku mencintai malam,
saat aku yang tengah berbadan lusuh, kau jamu mesra di kontrakan tiga petakmu.
Aku..dalam bahagia yang menjadi tema. Membias cemburu yang tak kasat mata.
Aku..masih saja seperti anak kecil. Berlarian dan tertawa riang di bawah hujan sore ini. Memainkan kecipat air. Menebas derai air yang diturunkan awan-awan.
Bersyukur atasmu dan atas apapun yang telah Allah karuniakan untukmu-untukku.
*Ahad, 8 November 2015.
Teruntuk dua sahabat: Yuli Widiantoro dan Angur Rahmalawati.
0 comments