Ingatan dengan
anak-anak SDN Makmurjaya III Jayakerta Karawang di kelas-kelas mereka yang serba biasa dan apa adanya, hari ini, dalam event #SejutaPensilWarna persembahan dari Gerakan #AkuBerdonasi, telah membekas di
dalam benak dan menjadi salah satu momen penting dalam hidup saya. Memori itu kini menjadi salah satu koleksi coklat terbaik yang saya punya, tentunya diantara
memori-memori perjalanan yang lain.
Kenangan hari ini adalah coklat yang begitu berwarna. Karena ia ditempatkan di atas meja sekolah yang taplaknya sudah rapuh dan lusuh. Di tengah pemukiman warga yang terpinggirkan. Kemudian puluhan tangan kebaikan menghias dan mengkreasi berwarna-warni hiasan krim, susu, kismis, almond, kacang, cherry dan strawberry di atasnya. Mengubahnya dari sekedar warna hitam-putih menjadi gradasi serupa pelangi yang indah di pandangan mata.
Kenangan hari ini adalah coklat yang begitu manis. Karena ia melumer, menyebar dan menjadi berjuta titik-titik kebahagiaan yang memenuhi rongga dada saya. Rasanya
meloncat, meletup, riang, gembira dan begitu polos. Ia menembus syaraf-syaraf
pembuluh darah hingga ke otak dan terkadang membuat saya tak percaya, betapa
manisnya kenangan ini.
Berawal ketika 50 hari yang lalu, kutawarkan gerakan ini kepada salah satu teman baru, di kota yang baru kutempati setahun lalu. Kemudian aku dan kamu saling melemparkan pertanyaan dan pernyataan,
"Jadi?" tanyaku.
"Jadi!" katamu.
Maka menjelmalah kami menjadi beberapa pasang tangan yang kemudian bekerja siang malam. Siang dengan kesibukan dan rutinitas kami masing-masing. Malam menjadi diskusi panjang demi mensukseskan event #SejutaPensilWarna untuk Gerakan #AkuBerdonasi wilayah Karawang. Di hari-hari itu, keajaiban bermunculan dari arah yang sama sekali tak terduga.
Keajaiban itu datang ketika ide dan pikiran dalam kondisi yang stagnan, ingin menyerah. Lalu pagi hari di tempat kerja, sesaat setelah kuteguk teh manis hangat sajian bapak Office Boy yang ramah, kupejamkan mata. Sebuah siluet seorang sahabat datang dan menepuk pundakku, "Fred, ketika kamu memulai gerakan ini, tak ada satu pun yang menjamin bahwa kamu akan berhasil dan sukses dalam aktivitas dan rencana apapun.''
Aku diam.
"Yang harus terus diyakini dan dilakukan adalah kamu harus tetap belajar dan bekerja untuk memastikan bahwa yang selama ini dilakukan pastilah tidak akan sia-sia. Pasti!"
Seketika itu pula aku disergap energi positif yang membuka jendela mataku, dan melingkarkan senyum di wajahku. Aku harus terus bergerak. Sesudahnya, biarlah Allah yang melakukan tugas-Nya.
Keajaiban itu datang ketika satu pertanyaan begitu mengganjal di hati, sedari awal,
''Mengapa pensil warna yang kita himpun dan nanti kita donasikan?"
"Kenapa tidak buku atau alat tulis atau kebutuhan pokok lain yang sebenarnya lebih urgent untuk anak-anak SD di Karawang?"
Hingga akhirnya sebuah kiriman paket berukuran besar datang ke kami beserta sebuah catatan tangan yang menggetarkan,
''Beruntunglah insan yang mampu melihat berbagai warna dan gradasi. Lalu bergerak menuju syukur dan dekat pada-Nya.''
Sahabat di Jatinangor, Sumedang, nun jauh di sana. Terima kasih telah menghilangkan ganjalan di hati dan menjawab keraguanku. Terima kasih telah mengarahkan kami bahwa event #SejutaPensilWarna adalah perayaan syukur kami atas limpahan rahmat Allah yang tak terkira.
Keajaiban itu ketika dipertemukan dengan relawan yang luar biasa hebat. Sepulang kerja, belum ngapa-ngapain, rela menyempatkan waktu untuk sekedar duduk berdiskusi, di teras Pendopo Karang Pawitan yang berdebu. Tak dibayar pun. Sungguh jamuan yang tak elegan. Semoga meninggalkan kesan yang 'lain' di rekam jejak kalian.
Keajaiban itu ketika ada relawan yang mau untuk bolak-balik jarak jauh Cikampek-Jakarta-Cikampek-Karawang. Tak dibayar sekalipun. Menenteng barang dan peralatan. Menggandeng teman-temannya untuk ikut datang dan mensupport gerakan kecil ini. Panas-panas, hujan-hujab, repot-repot, lecet-lecet, capek-capek. Duh, aku harus bilang terima kasih apa kaya apa lagi?
Keajaiban itu ketika melihat anak-anak SDN Makmurjaya III, setiap hari belajar di teras sekolah karena ruang kelas yang terbatas. Tanpa alas duduk, tanpa meja, tanpa sandaran. Semangat belajar anak-anak dan guru-guru di sana jauh melebihi kita, yang fasilitasnya sudah sangat nyaman. Aku mampu berkata-kata. Dan itulah 'venue' pilihan kami untuk event #SejutaPensilWarna. Biarlah 12 kota lain memilih tempat yang nyaman dan enak. Biarlah kami memilih sekolah yang terpinggirkan, berdebu, kusut, sedikitpun tak berseni dan miskin ini. Biarlah kawan, biarlah begitu.
Semoga kehadiran kita di sekolah ini, menjadi warna dan semangat baru yang tersimpan abadi di salah satu sudut hati para anak-anak, guru-guru dan orang tua.
Keajaiban itu ketika hari ini, bisa menyatukan diri kita dengan anak-anak dan guru-guru di sana. Kemudian kita gandakan lagi dengan mengajak sahabat-sahabat dari Jakarta sana, siswa-siswi SMPN 1 Cilamaya Wetan, siswa-siswi SMAN 2 Cikarang Utara untuk melebur menjadi satu di salah satu sekolah miskin di Karawang. Rasakan makna 'perjuangan' saat kalian melintasi sepanjang Jalan Proklamasi. Lihatlah apa yang dilakukan pemuda Rengasdengklok, Karawang, 70 tahun lalu untuk memerdekakan bangsa Indonesia. Sesungguhnya hari ini kalian telah memiliki bangsa ini, seutuhnya. Kalian percaya bahwa pasti ada cara untuk menjadikan bangsa dan negeri ini menjadi lebih baik.
Keajaiban itu tidak terletak di Tembok Besar Cina, bukan di Piramida Giza Mesir, bukan pula di Tajmahal India. Tapi ada pada diri dan hati kalian. Yang terus memacu akselerasi dan daya gerakku. Melesatkan kreativitasku. Terkadang membuatku diam, merenung, tepekur. Lebih banyak mambuatku tertawa, bahagia.
Terima kasih sudah mengenalkan aku pada lekak-lekuk jalan dan 'ujung-dunia' di kota kecil ini.
Keajaiban itu kalian: Kang Andi, Mas Rahmat, Mbak Lina, Teh Ika, Mbak Nuy, Mbak Mum, Mbak Gia, Mbak Nurul, Teh Angur, Mbak Tika, Teh Isa. Termasuk juga kalian yang tak bisa hadir: Kang Tamz, Teh Nina, Teh Bentang, Teh Ziza.
Terima kasih, telah membuat mataku melakukan tugasnya, malam ini.
Terima kasih sudah mengenalkan aku pada lekak-lekuk jalan dan 'ujung-dunia' di kota kecil ini.
Keajaiban itu kalian: Kang Andi, Mas Rahmat, Mbak Lina, Teh Ika, Mbak Nuy, Mbak Mum, Mbak Gia, Mbak Nurul, Teh Angur, Mbak Tika, Teh Isa. Termasuk juga kalian yang tak bisa hadir: Kang Tamz, Teh Nina, Teh Bentang, Teh Ziza.
Terima kasih, telah membuat mataku melakukan tugasnya, malam ini.
Di sepanjang 50 hari perjalanan kita, sejatinya kita sedang mengukir potongan mozaik kecil yang beraneka ragam bentuk, warna dan rasanya. Kemudian hari ini kita satukan menjadi potongan mozaik yang lebih besar bernama #SejutaPensilWarna sesi #1. Semuanya pecah, meleleh, menyatu, terpaut dan mengharu biru. Ah, syahdu.
Jadi, mau kan jika kita ulang sekali lagi, dua kali lagi, tiga kali lagi, empat, lima bahkan sampai ke berapapun? Hahaha.
^
^
Sederhana, tapi nyata.
#SejutaPensilWarna persembahan Aku Berdonasi Karawang - "Mengharu Biru" |
Relawan Aku Berdonasi berkolaborasi dengan siswa-siswa SMPN 1 Cilamaya Wetan dan SMAN 2 Cikarang Utara |
Nyengir semua |
-------oOo------
0 comments