~ Sebaris Prolog ~
___________________________________
___________________________________
Angin pagi Teluk Jakarta berhembus perlahan. Menyapu air laut dan pepohonan rindang di sepanjang pantainya. Melambai-lambaikan semak juga dedaunan hijau di seluas daratannya. Hembus dingin angin itu masuk menyeruak masuk ke dalam satu gedung besar di dekat Pantai Ancol. Di Ecovention Hall. Membangkitkan kembali energi semangat sekelompok orang berseragam hijau-hijau di dalamnya.
Oktober 2013, di hari Minggu. Satu video orientasi yang dipertontonkan sesaat sebelum acara di hari kedua dimulai, kembali membuat sekujur tubuh kami merinding. Hingga kami serasa hidup di dunia yang lain. Dunia dimana aku, kamu dan kita tidak lagi memiliki hak dan kepentingan pribadi yang lebih banyak lagi untuk hidup di Indonesia ini. Karena sekarang aku, kamu dan kita sudah disatukan dalam satu mimpi. Mimpi besar untuk membangun negeri. Kami siap untuk kerja bakti.
Menjelang siang di sudut lantai bawah Ecovention Hall, diantara riuh ramai kelas yang mulai dipenuhi relawan yang datang. Aku sedang bersama beberapa relawan yang baru saja datang. Mereka, seperti halnya relawan yang lain. Memiliki kesibukan di keseharianya. Pegawai kantoran, pekerja, pengusaha, mahasiswa, pelajar, guru, ibu rumah tangga dari anak kecil hingga orang tua. Kubimbing mereka membentuk satu lingkaran kecil, lalu kumulai kegiatan kerja bakti untuk mereka pagi itu dengan penuh semangat.
"Selamat pagi teman-teman semua. Selamat datang di Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM). Perkenalkan, nama saya Fredy. Nah...sekarang kita sedang berada di kelas ‘’Kartupedia’’. Pada kesempatan pagi ini kita akan membuat media belajar untuk adik-adik kita di 126 SD di seluruh pelosok Indonesia. Seperti apakah media belajarnya itu? Baik di tangan saya ada kertas bergambar dengan tema ‘’Pahlawan Nasional’’. Tugas kita adalah memberikan informasi sebanyak dan semenarik mungkin tentang gambar ini pada lembar kosong di belakangnya. Buat sekreatif, seindah dan sekeren mungkin. Saya siapkan spidol berbagai warna. Informasi tentang tokoh ini bisa kita eksplor sendiri melaui gadget kita masing-masing, tenang saja di sini juga disiapkan jaringan wi-fi kok. Oh iya, kartu-kartu yang akan kita buat ini akan dikirimkan ke teman-teman kita di SDN 6 Payabakong, Kabupaten Aceh Utara lhoo...Selamat Kerja Bakti!!!"
Sesaat kemudian seorang muda berkaca mata di samping kiriku tiba-tiba mengangkat tangannya ingin menanyakan sesuatu. Ada mimik kaget dari raut mukanya. Dengan pelan ia bertanya, ‘’Maaf, Mas. Tadi kartu-kartu belajar ini mau dikirim kemana?’’ Aku menghampirinya, menunjukkan amplop tempat kartu-kartu tadi tadi nanti akan dikemas dan dikirimkan di alamat yang sudah dituliskan sebelumnya. ‘’SDN 6 Payabakong, Aceh Utara.’’ Balasku dengan senyuman. ‘’Itu kan kampung halaman saya!!!’’ jawab seorang muda itu. Kami semua di lingkaran itu pun terperangah.
‘’Subhanallah, ini kesempatan buat Anda. Menyapa adik-adik dan guru-guru Mas, juga memberikan media belajar terbaik dari tulisan tangan Anda sendiri. Asli dari Anda. Sampaikan salam terbaik untuk mereka dari kami semua di sini. Yang sedang bekerja untuk mereka. Nun jauh di sana.’’ Begitulah aku menyemangati.
Setengah jam membersamai mereka dalam kelas Kartupedia FGIM waktu itu masih saja membekas dalam pikiran ini. Bagaimana hanya dengan satu lembar kertas saja mampu menyatukan kembali orang-orang yang sudah merantau jauh meninggalkan kampung tempat ia dilahirkan dan belajar hingga menjadi dewasa. Satu lembar kertas itu merupakan bentuk kerja nyata mereka sebagai bentuk kepedulian untuk negeri ini, Indonesia.
Kini, sudah hampir setahun yang lalu. Juga merupakan tahun keempatku meninggalkan tempat aku dilahirkan dan dibesarkan, Magetan. Terinspirasi dari seorang muda berkaca mata dari Aceh Utara. Maka kukumpulkan kembali potongan-potongan cerita, riak-riak rasa dan getar-getar asa dalam dalam surat ini.
Menyapa mesra kawan, sahabat dan keluarga yang kucintai. Mengirim rasa hormat pada guru, kiai dan embah yang selalu menasehati. Menyalam hangat seluruh masyarakat Magetan yang bersahaja. Memberi penghargaan pada para pemimpin yang telah memberikan kerja terbaiknya.
Nun jauh di sana.
0 comments