24-27 Agustus 2012, Summit Note
Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut `Ranu Kumbolo`
Menatap jalan setapak
Bertanya-tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada`
Mahameru sebuah legenda tersisa`Puncak Abadi Para Dewa`.....
~Mahameru - Song of Dewa19 (1994)~
6 in 1
Peron
Stasiun Madiun senyap sunyi. Bapak yang tadi mengantarku juga sudah
beranjak pergi. Tepat pukul dua pagi. Sepuluh menit berselang gemuruh
roda besi di atas dua baris batang baja membentang panjang pun datang.
KA Matarmaja. Bersiap menuju Kota Malang.
Dari
pertama sampai di stasiun ane selalu sms'an sama Ketek yang di Jakarta,
berangkat dari Stasiun Pasar Senen dan Espe di Solo yang berangkat dari
Stasiun Solojebres. Kita bakalan naik kereta yang sama. Begitu naik ke
KA Matarmaja ane jalan sepanjang gerbong dengan carrier segaban nyari
tuh anak-anak. Tapi sepajang gerbong itu pula kagak nemuin. Begitu tanya
ama petugas stasiun ternyata ada dua KA Matarmaja. Yang ane naikin ini
KA Matarmaja Lebaran dan satunya lagi KA Matarmaja Ekonomi, satu jam di
belakangnya. Yah, anak-anak naik yang belakang kayaknya. Yaudah, cari no
kursi yang di ticket. Langsung banting carrier, banting badan dan
tidur. Perjalanan ke Malang di musim lebaran kaya gini pasti bakal
molor. Tulisan di ticketnya sih jam 07.45. Lumayan. Ditambah molornya
pasti cukup buat istirahatin penat.
Tepat
pukul 10.00. Hari itu Jum'at, 24 Agustus 2012, KA Matarmaja Lebaran yang
ane naiki sampai di Stasiun Kota Baru Malang. Hmmm....hawa dingin udah
mulai kerasa. Ditambah lagi peron stasiun yang masih sepi karena arus
balik belum menaik. Telihat beberapa kelompok orang dengan carrier besar
di sebarang. "Hawa Semeru" udah kecium deras di stasiun ini. Udah pasti
mereka bakal ke Semeru. Apalagi musim liburan kaya gini. Ane contact
yang di belakang. Masih kalem di Kediri. Yah, jauh. Buka nasi bungkusan
dari Ibu dan sarapan. Nasi bungkus sambel pecel. Selepas sarapan sambil
nungguin 5 orang yang masih di Kediri itu, ane ke loket untuk cari info
ticket Malang-Jakarta tanggal 28/08. Sepinya di peron, riuhnya di loket.
Antrinya ga nanggung. Beberapa gerombol orang ada di ruang reservasi.
Ane pun ikut bergabung. Mencoba cari tiket terbaik dan tercepat untuk 5
orang tersebut. Kelima-limanya belum punya tiket balik ke Jakarta. Dan
ternyata tiket ekonomi tercepat hanya ada di tanggal 07/09. Kalo mau
maksain beli yang eksekutif. Itupun tanggal 31/08 dengan harga selangit,
setengah juta lebih dikit. Kalo sih ane udah woles. baliknya cuma ke
Madiun. Tiket juga udah di tangan. Mereka?
Masih di
ruang reservasi, ada sesosok pria berbaju safari hitam lengan pajang
khas PDH (Pakaian Dinas Harian) Mapala. Ga begitu tinggi, tapi badannya
lebih gede dari ane. Ga asing. Rambutnya ikal. Sepertinya pernah
berjumpa. Entah dimana. Ane pun cuma menanyakan hal yang biasa.
"Mau cari tiket kemana mas?"
"Tangerang"
Hmmmm.....sama
aja, pasti kaya ane. Ga ada. Ckckc. Beruntunglah bagi ane pagi itu.
Setelah gagal dapetin tiket, ane keluar ke lobby loket. Bertemu dengan
Mas Joko, asli Malang. Mahasiswa Polman satu Prodi dengan ane. Dua
tingkat di atas. Dia juga salah satu 'perintis' berdirinya Mapatra,
angkatan pertama. Obrolan hangat pun mengisi pagi yang riuh di teras
loket Stasiun Matarmaja. Dengan carrier ane yang segaban dia udah nebak.
"Mau ke Semeru ya?"
"Iya mas, ntar ada Espe, Zaky ama Evan juga"
"Mau berapa orang?
"6"
"Udah lama banget ga kesana"
Pagi itu ia juga
sedang cari tiket ke Jakarta buat adeknya. Dan sama halnya dengan ane
juga pria bersafari hitam tadi. Gagal. Lebih gagal lagi karena beberapa
temannya yang jadi calo di stasiun ga bsa kasih bantuan. Lumayan
sebenarnya. Dapet tiket bajakan dengan harga yang ga terlalu melonjak
tinggi. Tapi yang juga namanya lebaran. Lebih banyak yang ga dapet
tiket daripada yang dapet. Kita bertiga adalah salah satunya. Serta 5
orang yang masih mengukur jalan Kediri-Malang.
Mungkin
benar kata sebagian orang. "Pendaki gunung selalu menjadi daya tarik
bagi orang lain". Termasuk juga angkot-angkot di sekitar stasiun. Salah
satunya nyamperin ane tawarin jasa nganter langsung sampai Tumpang,
Malang. Ckckc. Sudah bukan daya tarik, tapi 'daya jual'. Hahaa. Mas Joko
juga sepertinya sudah bosan berlama-lama di stasiun. Rencana buat
nungguin mereka berlima ia urungkan. Sudah hampir jam 11, mendekati
waktu Sholat Jum'at. Dia pun pamitan dan titip salam untuk mereka
berlima. 15
menit berselang, tepat pukul 11.00. Mereka berlima akhirnya sampai di
Kota Baru Malang. Dengan carrier besar tinggi berjalan beriringan menuju
teras loket.
"Wuih....udah dari tadi?"
"Sejam yang lalu"
"Gimana tiket? dapet?"
"Habis, adanya sampai Solo aja. Yang sampai Semarang juga uda habis"
"Oh ya, tadi ketemu Mas Joko. Nitip salam buat loe semua"
"Mas Joko?"
"Mas Joko TO, yang asli Malang"
"Lah, mana orangnnya?"
"Udah jalan 15 menit yang lalu"
Lengkap
sudah Tim Ekspedeisi Mapatra - Trip to Semeru 2012. Enam orang termasuk
ane. Yang berangkat dari Jakarta ada Kibo (Evan), leader. Terus Zaky
(Arif), Cokle (Aryanto) si ketum 2012 dan Ketek (Ipin). Yang dari
Solonya si Espe (Aditya), ketum 2011 da nterakhir ane, Batu (Fredy).
Kita berenam yang waktu itu masih pada gembel-gembelnya, alias mahasiswa
yang duitnya selalu tipis bakal mencoba menjejakkan kaki di Puncak
Tertinggi di Pulau Jawa. Membawa nama Mapatra. Yah, pertama kalinya
untuk Mapatra. We're for One. 6 in 1.
Langkah
awal adalah memastikan kepulangan tim ini. Setelah perdebatan panjang
Espe dan Evan diputuskan untuk mempersingkat waktu trip dari awalnya
24-28/08 menjadi 24-27/08. Sehari lebih cepat. Karena sepulang dari
Malang akan naik kereta Malang-Solo. Stay di rumah Espe, dan esok taggal
28/08 nya nge-bis Solo-Jakarta. Efek dari mempersingkat waktu trip
berarti bakalan ngetrek cepet. Harus lari-lari kejar kereta. Tapi puncak
tetep tujuan utamanya. Perjalanan awal dimulai jam 1 siang nanti,
sehabis Sholat Jum'at. Berdasarkan rencana dalam ROP, dari Stasiun
Kotabaru meuju Terminal Arjosari terlebih dulu. Kemudian naik angkot
putih menuju Tumpang, Malang. Dilajut naik Jeep/Truck sampai ke Ranu
Pane. Pos awal pendakian. Ah, yang penting sholat dulu.
Membuka Persahabatan, di Barisan Pegunungan
Selalu, di
setiap perjalanan kita akan melihat, bertemu atau berkenalan dengan
orang-rang baru. Begitu pula dengan perjalanan pendakian gunung,
berkenalan dan sok akbrab adalah gaya pembukaan mereka. Dan tak jarang
pertemuan singkat akan mengarahkan mereka untuk berjalan bersama dalam
pendakian tersebut. Hlawong tujuannya sama. Puncak. Menjadi satu
rombongan. Itulah sisi positif pendakian. Jika sudah berada di alam
bebas. Tidak ada lagi perbedaan. Semua sama. Visinya pun sama. Mungkin
yang membedakan adalah badge di lengan kanan mereka. Selebihnya
yaaa...sama.
Begitulah
kami berenam. Memang sengaja cari teman pendaki lain untuk bareng sewa
angkot. Biar lebih murah. Dan itu pun juga ga sulit. Selepas sholat
jum'at ane berjalan kembali menuju stasiun. Berbincang dengan tiga orang
yang berpenampilan hitam-hitam layaknya pendaki. Eh, iya....mau naik
juga. Perkenalan singkat itu membuka perjalanan ke Semeru kala itu.
Membuka jaringan. (^_^). Masih ada 4 lagi di tim mereka menunggu di
stasiun juga. Singkat waktu akhirnya kita berangkat dan berjalan
bersama. Jadilah 14 orang dalam satu tim. Masih teringat nama-nama
mereka. Mbak Ipung, Mbak Hartati, Mas Arif, Mas Nanda, Mas Prabu, Mas
Satria, dan satu lagi Si Kecil, anak Mbak Ipung, 7 tahun, lupa namanya
ane. Naik angkot pun jadi ringan karena rame-rame. Lebih ringkas pula
karena waktu itu angkotnya langsung nganterin ke Tumpang, Malang. Ga
perlu ke Arjosari. Jadi lebih efisien waktu.
Jam 1 siang
lewat dikit kita ber-13 beranjak. Menuju Tumpang. Naek angkot biru
dengan tarif 150.000 dibagi 12 orang (Si Kecil ga dihitung). Lebih
mmahal dikit, tapi lebih cepat. Hanya sejam setengeh udah nyampe
Tumpang. Kalau pendaki biasa akan berhenti di Pasar Tumpang dan akan
cari Jeep atau Truck Sayur. Kapasitas Jeep maksimal 15 orang, kalau truk
sayur sampai 20 orang tapi jarang ada. Tarif sekali jalan adalah
450.000. Jadi dibagi ama jumlah penumpang. Tinggal hitung. Namun, kami
tidak berhenti di situ. Langsung ke tempat teman Mbak Ipung, di daerah
tumpang juga. Temannya punya beberapa Jeep yang disewakan untuk para
pendaki. Di situlah kami turun dan istirahat. Pukul 02.30 siang. Sambil
mencari beberapa logistik dan mencari surat keterangan sehat dari
dokter. Kalau mau naik ke Semeru harus pakai Surat Sehat saat
registrasi. Kalo bikinnya di Puskesmas Tumpang harganya 5.000. Tapi,
lebih enak jika disiapin dari awal, jadi ga ribet kaya kami kemaren.
Musti cari dulu. Ane, Ketek, Zaky, Evan, Mas Nanda, Mas Prabu, sama Si
Kecil.
Here...we are....
Semua
logistik siap dan perlengkapan oke. Jam 04.30 sore kita menuju Ranu
Pane. Tetap ber-13 belas. Tarif jeepnya 450.000, dibagi 12. Per orangnya
37.500. Saya rasa harga yang pantas untuk perjalanan Tumpang-Ranu Pane.
2 jam perjalanan yang luar biasa. Melewati jalanan perkampungan yang
masih beraspal kasar. Kian lama kian naik. Terus berjalan ke arah timur,
melawati desa Gubuk Klalah, desa terakhir di Kabupaten Malang sebelah
Timur. Terus menyisir jalan yang semakin mengecil, menanjak, menembus
perhutanan sampai pada daerah tinggi dan terbuka. Menuju Kabupaten
Lumajang. Pemandangan terbuka. Alam yang luas disajikan di pemukiman
masyarakat Tengger. Perbatasan Malang-Lumajang. Di ketinggian rata-rata
2000 mdpl. Jalannya sudah tak beraspal. Selebar jeep yang kami tumpangi.
Tubuh kami digoncang sana-sini. Begitu pula mata kami, digoncang
indahnya alam di sana. Perbukitan-perbukitan tinggi dengan berbagai
tanaman sayuran. Menjulang pula tiang-tiang listrik sebagai pakunya. Di
sebelah barat semakin digoncang oleh barisan pegunungan Arjuno-Welirang
yang memerah langitnya. Di sisi utara dinding Pegunungan Bromo yang
berparit-parit, dirayapi 2 jeep. Di sisi selatan, itulah Mahameru.
Puncak tertinggi di Pegunungan Semeru. Seharian tertutup awan, senja
Tuhan menghapuskannya untuk dipandang tanahnya dan dirasakan goncangan
erupsinya.
Subhanallah.
Tawa, ria,
riuh, canda terlontar ga ada habisnya. Kagum, nikmat, indah selalu jadi
pelengkapnya. Bener-bener perjalanan yang harus ane bilang "woow".
Untuk nikmat Tuhan ini, untuk mereka-mereka..Para sahabat baru
petualangan kita. Senja semakin sirna. Puncak Mahameru kian nampak
megah. Semakin sampai Ranu Pane. Kian dekat dengan Puncak Mahameru.
Para dewa, tunggu kami, di puncakmu....
0 comments