Alkisah seorang anak laki-laki keluarga miskin itu, yang
dalam beberapa bulan perantauanya, bertanya pada ibunya lewat telepon
suatu hari. ‘’Buk, di rumah ada yang pelihara kambing ga?’’ Ibunya pun
penasaran menjawab, ‘’Ya ga tau lah Nak, emang mau buat apaan toh?’’
Dengan kikuk si anak berkata, ‘’Kan sekarang mas sudah bekerja, mas kok
pengen ya ikutan qurban kambing? Ini ada sidikit tabungan”. ‘’Ya ampun
Nak, kamu kerja kan baru sebentar. Mbok ya ditabung lagi uangnya. Nanti
kalu sudah banyak baru berqurban. Tahun depan juga ga pa pa, kan?’’
‘’Iya sih...’’ si anak pun menggaruk-garuk kepalanya,
‘’Tapi mas juga ga tahu Buk, tahun depan masih ada di sini atau sudah
dipanggil Tuhan.’’ Dengan kaget si ibu menjawab,’’Ssssttt.....ati ati
Nak, belum apa-apa udah bicara soal mati’’. Anaknya pun mulai tersenyum,
‘’Hehehe....bukankah memang tidak ada jaminan Buk, apakah besok, lusa,
minggu depan, bulan depan atau tahun depan kita masih dikasih hidup sama
Tuhan?’’ Akhirnya ibunya terperangah dan mengalah. ‘’Ya sudah lah, kalo
memang begitu maumu. Nanti ibu coba tanyakan ke tetangga-tetangga’’
‘’Lohh...Ibuk ga sekalian?’’ tanyanya penasaran.
‘’Sebenarnya ibuk sih pengen juga, Nak. Tapi kebutuhan di rumah juga
banyak, makan aja susah. Nanti saja deh kalo ibuk. Tahun ini duitnya mau
dipake buat benerin genteng rumah dulu.’’ jawab ibunya.
Akhirnya ibu dan bapak anak itu mencarikan seekor kambing
untuk anaknya. Yang sudah cukup umur dan besar badannya. Tak mendapatkan
di kampung tempat mereka tinggal, ia menanyakan pada kerabat dan
kawannya di kampung yang lain.Begitulah hari demi hari. Singkat cerita,
akhirnya didapatkanlah seekor kambing untuk hajat anaknya.
‘’Nak, kapan mau ditransfer uangnya?’’ tanya si ibu suatu
sore, masih lewat telepon. ‘’Akhir bulan ya Buk, setelah mas gajian
nanti langsung ditransfer. Ma’af, bulan kemarin masih banyak
keperluan.’’ jawab si anak riang. ‘’Ehmmm....anu....gini Nak,’’ tetiba
si ibu memelankan suaranya, ‘’kalo ditambahin dikit bisa ga transfernya?
Uang tabungan ibuk ga jadi dipake buat benerin genteng rumah. Mau
dibeliin kambing sekalian, tapi masih kurang. Ga pa pa kan?’’ Air mata
anaknya berlinang. Jiwa nya bergetar. Dengan terbata-bata dijawabnya,
‘’Iya Buk, bisa. Pasti, pasti mas bantu’’.
Percik semangat seorang anak itu menggetarkan seluruh jiwa
dalam keluarga kecilnya, yang masih serba kekurangan. Ah, bukankah
memang seberapa banyak pun yang dititipkan Tuhan ke kita, selalu saja
ada yang rasanya kurang?
0 comments