.......................
Masih ingat dalam kenangan, aku merengek kecil pada ibuku pagi-pagi
setelah membenahkan dasi merah di kalungan kerah seragam SDku. Sesaat
sebelum dia menuju pasar dekat rumah. "Nanti belikan kue klepon ya,
Buu." Begitu pintaku. Dan setidaknya sampai sekarang hal tersebut yang
selalu kupinta setiap kali berpulang dan diajak menemaninya berbelanja
di Pasar Sayur Magetan.
Makanan favorit di pagi hari. Jajanan pasar. Dari kue klepon hingga
ondhe-ondhe. Mulai kue bakpau hingga wajik hijau. Ketika makin beranjak
dewasa dan mulai menyukai dunia malam, maksud saya nongkrong bersama
teman-teman semalam suntuk. Pasti kita membuka hari di jam 3 pagi dengan
menyetop barisan bermotor berjalan kencang dengan lambaian kain sarung
kucal kami. Berharap salah satu dari mereka melambat. Agar saya dan
teman-teman bisa menghabiskan uang patungan seribuan untuk membeli
jajanan pasar yang masih hangat. Menghangatkan isi perut yang dingin
membeku oleh angin malam.
Namun saat sekarang aku masih terbawa perintah ibu untuk selalu sarapan
pagi. Di Jakarta maupun Karawang tak ada lagi jajanan pasar seperti di
Magetan. Jadi kuganti menu favorit dengan sebungkus nasi uduk. Tak perlu
berat, tapi juga tak terlalu ringan untuk dimakan. Yang penting ikutin
aja amanah si Ibu. "Pagi itu harus sarapan nasi yang banyak."
...............
Sepulang sekolah dulu, selalu berharap ada semangkuk balado terong pedas
yang dicampur dengan irisan tahu panjang-panjang buatan ibu. Cukup
untuk menghabiskan dua piring nasi. Niatnya sih biar badannya gede
seperti Bapak. Tapi sayangnya sampai habis masa STM, hal itu tak pernah
tercapai. Hahahaha. Padahal dulu anti banget sama yang namanya terong.
Mulai dari sayurnya hingga turunannya yang lain. Namun saya patut
berterima kasih pada Bapak yang selalu menyuruhku mencicipi sayur terong
kesukaannya setiap makan. Ternyata hobi itu menular.
Namun saat sekarang agaknya susah menikmati olahan terong senikmat di
rumah. Lihat saja potongan terong-terong di setiap tempat makan hingga
meja makan di tempat kerja. Dua hingga tiga kali lipat ukurannya. Ada
lagi yang menyajikan satu ukuran penuh tanpa potongan. Adduuhh. Miriss
Makanya, ketika di kampus aku lebih suka menikmati makan siang dengan
sepiring mie kuah buatan Cak Ari di kantin kampus. Dengan bonus ngobrol
sedikit-sedikit tentang anaknya yang baru lulus SMA dan bingung
melanjutkan kuliah. Dan di tempat kerja tak ada pilihan menarik selain
menghindari olahan ayam. Lebih suka dengan yang berbau ikan.
....................
Sore datang. Menu makan di rumahku yang sederhana sama dengan menu
siangnya. Bedanya adalah sayur yang lebih hangat karena baru saja
dipanaskan. Untuk lauk pun ibu sudah mensetnya cukup untuk makan
berempat hingga sore. Jadi yang selalu kunanti adalah ketika sore itu
Bapak sedang berbaik hati, menyisihkan sebagian rezeki dari jerih
payahnya seharian untuk mentraktrir kami berempat dengan semangkuk bakso
Pak Ngadi. Menyodorkan beberapa lembar dari sakunya padaku. Sembari
berkata, "Le, 3000an aja empat bungkus. Nanti sambel dan saosnya jangan
lupa dipisah". Ah, selalu aku yang disuruhnya mengayuh sepeda menjemput
gerobak bakso yang baru mencapai setengah jalan desa itu, malam-malam.
Dan kami pun menghangatkan malam yang sedikit rintik hujan itu dengan
bersila melingkar. Sedikit-sedikit tertawa canda, sedikit-sedikit
menghembus kuat kuat ke bibir yang kepedasan.
Sekarang pun agaknya aku masih rindu pada perbincangan akrab di
waktu-waktu makan. Oleh karenanya aku senang membeli mie ayam Pak Trimo
yang membuka lapaknya tepat di kosan ku. Setiap kali aku memesan
makananya, pasti aku juga mamancingnya menceritakan tentang keluarganya
yang jauh di Wonogiri sana. Tak jauh beda denganku. Kita sama-sama di
perantauan.
"Dari pada sakit gigi". Begitu dia memulai pembicaraan padaku beberapa waktu yang lalu, "Lebih baik sakit hati, ya kan Mas?".
"Percaya deh, percaya."
"Kan kalu sakit hati, dibawa makan sate kan hilang sakitnya. Kalo sakit hati?"
"Hahahaha. Bilang saja makan mie ayamnya Pak Trimooo"
Kami berdua tertawa lepas melawan deru motor berderingan, menikmati sore yang sebentar lagi kembali hujan.
.......................
Sejujurnya siang ini aku agak pilu mendengar kabar kondisi badan mu yang sedikit menurun. Lekas sembuh.
0 comments