"...most of you is artist, kamu moodian, :D"
Begitu ungkapan teman ku di twitter kepadaku beberapa hari yang lalu.
Tersontak kaget dengan senyum mringis membacanya. Saya gitu loh,
dibilang artis. Padalah kan masih jauh banget kali.
Tapi kalo yang berikutnya masih agak relevan lah. Sebagai seorang yang
sedikit nomaden aku selalu berusaha menikmati setiap momen yang
disisihkan Tuhan untukku. Ngobrol dengan tukang pom bensin, bercanda
singkat dengan pak satpam, dan yang paling kugemari adalah mendorong
motor yang kehabisan bensin dan sepanjang jalan ngobrol dengan mas-mas
menanyakan rumah dan keluarganya tanpa kutanyakan namanya.
Jadi untuk mengartikan ungkapan temanku itu, maka aku anggap artis
adalah bukan orang yang sering nongol di tipi-tipi membosankan itu. Tapi
kusederhanakan menjadi "art" dan "ist", sebuah seni. Semua tentang
seni, tak selalu diartikan indah. Dan mereka-mereka ini mengajarkan
banyak kepadaku tentang seni itu (urut abjad).
1. Andrea Hirata
Penulis Tetralogi Laskar Pelangi, novel urutan kedua yang kubaca
dengan epilog dariku "Amazing". Sesuai dengan prolog bukunya, "The Most
Powerful Book in Indonesia". Jujur, aku belajar banyak soal menulis dari
novel-novel Mas Andrea yang sudah diterbitkan dalam 70 bahasa asing di
seantero dunia. Jika ada waktu panjang aku ingin berlayar ke Pulau
Belitong untuk mengunjung Musium Kata miliknya di sana
2. Anies Baswedan
Rektor Universitas Paramadhina sekaligus pendiri Yayasan Gerakan
Indonesia Mengajar yang telah mengirimkan para sarjana-sarjana muda di
kabupaten terpencil di ujung Indonesia. Bagi saya ajaran "akar rumput"
yang kukenal dari web resmi Indonesia Mengajar adalah seni tersendiri
seorang anak bangsa mencintai negaranya. Dan seni terakhir yang
diajarkannya adalah seni #TurunTangan bukannya #TurunAngan.
3. Felix Siauw
Ustadz berdarah cainnis ini mengembalikan kesukaanku ketika
SD dulu pada sejarah. Kekecewaanku pada guru sejarah SMP menyebabku aku
membencinya. Hingga akhirnya Mas Felix mengajarkan bahwa kepemimpinan
dapat dipelajari dengan sejarah. Aku selalu sumringah ketika menonton
video mas Felix downloadan dari Yutub bercerita soal sejarah Islam.
4. Salim A. Fillah
Ketika berdiri di pintu bus Parangtritis-Giwangan aku tersontak
oleh satu nama Jalan. Jalan Jogokaryan. "Waaah, itu kan rumahnya mas
Salim A Fillah". Coba bisa mampir ke Masjid Jogokaryannya sekalian.
Buku-buka mas Salim keren-keren. Apalagi tulisannya. Juga penuturan
agamanya. Salah satu bukunya pun telah mengubah diriku juga cara
pandangku.
5. Yusuf Mansyur
Ustad yang mengajarkan satu seni paling sederhana yang sangat
bermanfaat, sedekah. Selalu online di twitter, suka basa basi sana sini
dan jeng-jeeeng..pajang foto. Tapi yang selalu diajarkan adalah kalo
sedekah jangan mikir lama-lama. Kalo bisa malah jama'ah. Ini yang
diduplikasi oleh teman-teman ku ketika kuliah dulu untuk patungan
sedekah ke Karawang. Hmmm..kpaan ya bisa ke Istiqlal lagi ketemu nih
Ustad?
0 comments