Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
(tulisan ini diambil langsung dari catatan resmi Mohammad Fauzil Adhim )
Bisa buang angin dengan lancar? Bersyukurlah. Hanya untuk bisa buang angin, iPad Anda tak cukup untuk bayar operasi. Bisa bernafas dengan baik? Bersyukurlah. Berapa banyak orang yang "diasap" terlebih dulu agar dapat bernafas dengan lega.
Rambut Anda tumbuh dengan baik? Bersyukurlah. Rooney harus keluar uang senilai ratusan juta rupiah hanya untuk menumbuhkan rambut yang tak seberapa. Itu pun warna rambutnya tidak seperti semula. Lalu, kita pergunakan untuk apa rambut kita ini? Kita pergunakan di jalan taqwa ataukah di jalan ingkar kepada-Nya?
Bisa tidur nyenyak? Bersyukurlah. Betapa banyak yang harus minum obat agar dapat terlelap sekejap, meski badan tak sakit. Padahal tempat tidurnya terbaik. Tetapi nyaman di badan, tak berarti menenteramkan di jiwa.
Bisa makan dengan nikmat? Bersyukurlah. Betapa banyak yang tak sanggup merasakan kenikmatan, meski yang disajikan adalah makanan paling lezat baginya. Sungguh, berbeda sekali makan lezat dan makan nikmat. Yang lezat tak selalu terasa nikmat di hati. Bahkan sekedar di lidah sekalipun.
Bisa merasakan sakit? Bersyukurlah. Sebab ia menjadi penanda bahwa ada yang bermasalah dengan tubuh. Tumpulnya perasa sakit justru berbahaya bagi diri kita. Bisa bersin dengan baik? Bersyukurlah. Betapa banyak manfaat yang didapat tatkala kita bersin dengan tuntas. Betapa bahaya jika tak bisa.
Bisa berkedip? Bersyukurlah. Berapa banyak kesulitan yang harus kita hadapi dan bahaya yang mengintai jika mata tak dapat berkedip dengan baik. Bisa mengeluarkan airmata? Bersyukurlah. Penglihatan kita akan terancam jika tiada airmata yang senantiasa membasahi.
Betapa banyak nikmat Allah Ta'ala. Satu saja yang berkurang, barangkali seluruh harta kita tak sanggup mengembalikannya. Maka, marilah sejenak kita renungi seruan yang berkali-kali Allah Ta'ala sampaikan dalam Al-Qur'an surat Ar-Rahman. Bertanya Allah Ta'ala kepada kita,
"فبأي آلاء ربكما تكذبان "
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Belum datangkah waktunya bagi kita untuk bersyukur? Ataukah kita menunggu nikmat yang kita rasai ini berkurang agar bisa bersyukur? Atas nikmat yang Allah Ta'ala anugerahkan ini, sungguh kelak kita akan ditanya untuk apa semua itu kita pergunakan?
"ثم لتسألن يومئذ عن النعيم"
"Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang nikmat (yang kamu terima)." (QS. At-Takatsur, 102: 8).
Semoga kita dapat mensyukuri nikmat yang Allah Ta'ala berikan dan bukan orang-orang mendustakan nikmat-Nya.
(tulisan ini diambil langsung dari catatan resmi Mohammad Fauzil Adhim )
Bisa buang angin dengan lancar? Bersyukurlah. Hanya untuk bisa buang angin, iPad Anda tak cukup untuk bayar operasi. Bisa bernafas dengan baik? Bersyukurlah. Berapa banyak orang yang "diasap" terlebih dulu agar dapat bernafas dengan lega.
Rambut Anda tumbuh dengan baik? Bersyukurlah. Rooney harus keluar uang senilai ratusan juta rupiah hanya untuk menumbuhkan rambut yang tak seberapa. Itu pun warna rambutnya tidak seperti semula. Lalu, kita pergunakan untuk apa rambut kita ini? Kita pergunakan di jalan taqwa ataukah di jalan ingkar kepada-Nya?
Bisa tidur nyenyak? Bersyukurlah. Betapa banyak yang harus minum obat agar dapat terlelap sekejap, meski badan tak sakit. Padahal tempat tidurnya terbaik. Tetapi nyaman di badan, tak berarti menenteramkan di jiwa.
Bisa makan dengan nikmat? Bersyukurlah. Betapa banyak yang tak sanggup merasakan kenikmatan, meski yang disajikan adalah makanan paling lezat baginya. Sungguh, berbeda sekali makan lezat dan makan nikmat. Yang lezat tak selalu terasa nikmat di hati. Bahkan sekedar di lidah sekalipun.
Bisa merasakan sakit? Bersyukurlah. Sebab ia menjadi penanda bahwa ada yang bermasalah dengan tubuh. Tumpulnya perasa sakit justru berbahaya bagi diri kita. Bisa bersin dengan baik? Bersyukurlah. Betapa banyak manfaat yang didapat tatkala kita bersin dengan tuntas. Betapa bahaya jika tak bisa.
Bisa berkedip? Bersyukurlah. Berapa banyak kesulitan yang harus kita hadapi dan bahaya yang mengintai jika mata tak dapat berkedip dengan baik. Bisa mengeluarkan airmata? Bersyukurlah. Penglihatan kita akan terancam jika tiada airmata yang senantiasa membasahi.
Betapa banyak nikmat Allah Ta'ala. Satu saja yang berkurang, barangkali seluruh harta kita tak sanggup mengembalikannya. Maka, marilah sejenak kita renungi seruan yang berkali-kali Allah Ta'ala sampaikan dalam Al-Qur'an surat Ar-Rahman. Bertanya Allah Ta'ala kepada kita,
"فبأي آلاء ربكما تكذبان "
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Belum datangkah waktunya bagi kita untuk bersyukur? Ataukah kita menunggu nikmat yang kita rasai ini berkurang agar bisa bersyukur? Atas nikmat yang Allah Ta'ala anugerahkan ini, sungguh kelak kita akan ditanya untuk apa semua itu kita pergunakan?
"ثم لتسألن يومئذ عن النعيم"
"Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang nikmat (yang kamu terima)." (QS. At-Takatsur, 102: 8).
Semoga kita dapat mensyukuri nikmat yang Allah Ta'ala berikan dan bukan orang-orang mendustakan nikmat-Nya.
0 comments